your agriculture
Selasa, 30 November 2010
Ilmu Memupuk dan Pemupukan
Ilmu memupuk adalah ilmu yang bertujuan menyelidiki tentang zat-zat apakah yang diberikan kepada tanah sehubungan dengan kekurangan zat-zat tersebut yang terkandung di dalam tanah yang perlu guna pertumbuhan dan perkembangan tanaman dalam rangka produksinya agar tercapai hasil yang tinggi. Dalam pengertian “yang perlu diberikan” sudah tercakup perlakuan-perlakuan yang harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum zat-zat itu diberikan/ditambahkan ke dalam tanah. Perlakuan-perlakuan mana antara lain:
a. Berupa penyidikan tentang zat apa yang kurang, berapa besarnya kekurangan itu, bagaimana perbandingannya dan kapan waktu pemberiannya.
b. Berupa penyelidikan tentang pengaruh yang tidak langsung atau pengaruh apa yang akan timbul pada bagian-bagian atau sifat-sifat tanah serta tanaman-tanaman yang akan dibudidayakan sehubungan dengan pemberian/penambahan zat-zat tersebut ke dalam tanah.
Perlakuan-perlakuan tersebut merupakan bagian yang terpenting dalam ilmu memupuk. Sebab pemberian zat yang salah, pemberian yang berlebihan atau serba kurang dan pemberian zat yang tidak tepat pada waktunya tentu akan menimbulkan akibat-akibat yang fatal atau sangat menrugikan, seperti antara lain:
a. Kematian tananaman yang dibudidayakan
b. Timbulnya gejala-gejala penyakit tanaman yang baru
c. Kerusakan fisik tanah
d. Tidak ekonomis, dan lain-lain
Jadi menurut ilmu memupuk, pemberian atau penambahan zat-zat ke dalam tanah adalah tidak semudah seperti yang diperkirakan oleh kebanyakan orang (pemakai pupuk tersebut).
Pengaruh Pemupukan dalam Menghambat Erosi
Erosi atau pengikisan tanah yang berlangsung di Indonesia pada umumnya berupa pengikisan tanah oleh “daya air”, misalnya karena kuatnya curahan air hujan yang menimpa permukaan tanah sedangkan fisik tanah permukaan dapat dikatakan dalam keadaan rusak atau tidak terpelihara baik (gundul, merupakan lahan kering, mempunyai kemiringan yang pengolahannya tidak memperhatikan garis kontur, tidak diteras, dan lain-lain). Ada pula yang disebut erosi angin pada musim kemarau, dengan menerbangkan debu dan buliran pasir. Jadi pada hakikatnya erosi akan sangat tergantung pada:
• Jenis tanah
• Kemiringan tanah
• Ada atau tidaknya penanaman dan jenis tanamannya
• Tinggi rendahnya curah hujan
• Pengolahan tanah
• Pemupukan
Dalam hal pengolahan lahan dan kegiatan penanamannya, banyak petani yang kurang atau tidak memperdulikan cara-cara yang baik atau semestinya yang dilakukan. Hal ini mungkin karena:
a. Faktor kebiasaan setempat,
b. Ketidaktahuan mereka mengenai kelas-kelas kesesuaian lahan
c. Atau karena tidak ada pilihan
Akibat banyak petani yang tetap mengolah tanah dan mengelola tanaman yang tidak sesuai dengan tanah dan tanaman peruntukannya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dan perlakuan-perlakuan demikian inilah yang menyebabkan timbulnya percepatan erosi (accelerated erotion).
Untuk memperbaiki keadaan demikian, perlu diperbaikinya sistem pengolahan tanah dan pengelolaan tanamannya. Satu kegiatan diantaranya dengan pemupukan, yaitu pemberian pupuk dalam dosis yang tepat serta waktu yang tepat sehingga keseimbangan unsur hara /zat mineral dapat dipertahankan dalam tanah dan tersedia bagi tanaman, yang berarti tanah antar tanaman dalam waktu yang relatif singkat tertutup oleh tanaman. Dengan demikian baik daun-daun maupun akar-akarnya akan dapat mencegah pesatnya pengikisan tanah. Lebih-lebih kalau pengolahan tanahnya telah memanfaatkan teknologi atau cara-cara yang baik, pembuatan contour terasses, pembuangan air dengan mengadakan parit-parit penahan aliran dan lain sebagainya.
Pengaruh Pemupukan dalam Menghambat Erosi
Erosi atau pengikisan tanah yang berlangsung di Indonesia pada umumnya berupa pengikisan tanah oleh “daya air”, misalnya karena kuatnya curahan air hujan yang menimpa permukaan tanah sedangkan fisik tanah permukaan dapat dikatakan dalam keadaan rusak atau tidak terpelihara baik (gundul, merupakan lahan kering, mempunyai kemiringan yang pengolahannya tidak memperhatikan garis kontur, tidak diteras, dan lain-lain). Ada pula yang disebut erosi angin pada musim kemarau, dengan menerbangkan debu dan buliran pasir. Jadi pada hakikatnya erosi akan sangat tergantung pada:
• Jenis tanah
• Kemiringan tanah
• Ada atau tidaknya penanaman dan jenis tanamannya
• Tinggi rendahnya curah hujan
• Pengolahan tanah
• Pemupukan
Dalam hal pengolahan lahan dan kegiatan penanamannya, banyak petani yang kurang atau tidak memperdulikan cara-cara yang baik atau semestinya yang dilakukan. Hal ini mungkin karena:
a. Faktor kebiasaan setempat,
b. Ketidaktahuan mereka mengenai kelas-kelas kesesuaian lahan
c. Atau karena tidak ada pilihan
Akibat banyak petani yang tetap mengolah tanah dan mengelola tanaman yang tidak sesuai dengan tanah dan tanaman peruntukannya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dan perlakuan-perlakuan demikian inilah yang menyebabkan timbulnya percepatan erosi (accelerated erotion).
Untuk memperbaiki keadaan demikian, perlu diperbaikinya sistem pengolahan tanah dan pengelolaan tanamannya. Satu kegiatan diantaranya dengan pemupukan, yaitu pemberian pupuk dalam dosis yang tepat serta waktu yang tepat sehingga keseimbangan unsur hara /zat mineral dapat dipertahankan dalam tanah dan tersedia bagi tanaman, yang berarti tanah antar tanaman dalam waktu yang relatif singkat tertutup oleh tanaman. Dengan demikian baik daun-daun maupun akar-akarnya akan dapat mencegah pesatnya pengikisan tanah. Lebih-lebih kalau pengolahan tanahnya telah memanfaatkan teknologi atau cara-cara yang baik, pembuatan contour terasses, pembuangan air dengan mengadakan parit-parit penahan aliran dan lain sebagainya.
Akibat Penanaman Tanah Pertanian secara Terus-Menerus
Bagaimana miskinnya tanah akan unsur-unsur hara atau zat-zat mineral yang sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman dan bagaimana rendahnya produktivitas tanaman jika kesuburan tanah kurang diperhatikan. Banyaknya unsur hara yang terangkut dari dalam tanah ketika panenan berlangsung, maka kita dapat membayangkan akibat-akibat yang serius yang akan kita derita bersama jika pemeliharaan tanah tidak diperhatikan.
Kita semua akan menderita kekurangan bahan pangan dan akan menghadapi tanah-tanah yang rusak yang tidak bisa lagi diambil manfaatnya.
Dalam pemeliharaan tanah atau sering juga disebut “koreksi atau perbaikan kembali keadaan kandungan tanah” pemupukan merupakan “perlakuan” yang penting. Memang dalam hal ini masih ada faktor-faktor lain yang berkaitan dengan kesuburan tanah yang tidak kalah pentingnya dengan pemupukan seperti: persediaan humus, kehidupan mikroorganisme, reaksi tanah, struktur tanah dan lain sebagainya. Tetapi dalam hal ini hendaknya diinagt bahwa antara pemupukan dengan faktor-faktor tersebut hubungannya erat. Di bagian muka telah dikemukakan tentang banyaknya “faktor yang mempengaruhi” untuk menentukan betapa banyaknya pupuk yang harus diberikan, seperti:
a. Kesuburan tanahnya sendiri,
b. Kemasaman tanah,
c. Kelembaban tanah,
d. Tinggi rendahnya kadar bahan organis dalam tanah,
e. Nilai ekonomi tanaman yang diusahakan,
f. Kemampuan penyerapan unsur-unsur hara/zat mineral tanaman yang diusahakan,
g. Tentang iklim dan lain sebagainya.
Kalau kita menyadari akibat-akibat dari tanah yang kita manfaatkan terus-menerus bagi usaha tani tanpa memperhatikan pemeliharaannya, selanjutnya karena ada kesadaran tersebut kita melakukan pemupukan dengan kira-kira saja (tanpa memperhatikan faktor-faktor di atas), maka pemberian pupuk secara demikian merupakan perlakuan-perlakuan yang sia-sia saja malah mungkin akan menimbulkan kerusakan yang lebih parah pada keadaan tanahnya.
Dalam pemeliharaan kesuburan tanah (dalam hal ini mengutamakan aktivitas pemupukan), penting pula diperhatikan: pengaruh-pengaruh terhadap kegiatan pemupukan dan pengaruh-pengaruh akibat pemupukan tersebut. Karena tanpa memperhatikan dan tidak ekonomis.
Senin, 29 November 2010
Pemasaran Merupakan Kegiatan Produktif
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali terjadi silang pendapat mengenai siapa sebenarnya yang menjadi pelaku diantara pelaku yang terlibat dalam suatu sistem komoditas. Petani, misalnya, sering menuduh lembaga-lembaga perantara pemasaran dalam sistem komoditas pertanian sebagai parasit yang hanya mengeruk keuntungan yang besar dari jumlah pengeluaran konsumen akhir produk pertanian, sementara yang melakukan kegiatan produksi hanyalah petani. Silang pendapat seperti itu terjadi karena konsep produksi yang dipahami oleh petani hanya menyangkut kegiatan yang menghasilkan produk secara fisik. Oleh karena itu, kegiatan pemasaran semata-mata hanya dianggap sebagai pemberi jasa yang mengantarkan produk dari tangan produsen ke tangan konsumen akhir dan hanya berhak menerima semacam upah atau komisi. Namun, pada kenyataannya anggapan seperti itu tidak berdasar, bukan karena tingginya marjin yang diterima pemasar dibanding petani, tetapi lebih karena petani hanya memahami konsep produksi secara fisik.
Para ahli ekonomi menyatakan bahwa konsep produksi tidak hanya dilihat dari kegiatan produksi yang menghasilkan produksi fisik secara nyata, tetapi semua kegiatan yang menambah nilai barang atau jasa juga merupakan suatu kegiatan produktif. Suatu pengertian konsep produksi yang singkat dapat memberi gambaran tentang hal tersebut, yakni produksi sebagai upaya penciptaan kegunaan, yaitu proses menciptakan kegunaan barang dan jasa. Kegunaan yang diciptakan tersebut meliputi kegunaan bentuk, tempat, waktu, dan kepemilikan.
Dalam sistem komoditas pertanian, disamping proses produksi yang dilakukan oleh petani yang menciptakan kegunaan bentuk, lembaga-lembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran juga dapat menciptakan keempat kegunaan tersebut. Dengan demikian, kegiatan pemasaran merupakan suatu kegiatan yang produktif. Fungsi pertukaran yang terdiri atas proses transaksi penjualan dan pembelian merupakan aktivitas yang dapat menaikkan atau menciptakan kegunaan kepemilikan. Proses transaksi tersebut misalnya penjualan buah apel yang dilakukan oleh petani apel kepada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul menjualnya kepada pedagang besar dan atau industri pengolaha. Pedagang besar menjual apel kepada industri pengolahan, pengecer, dan atau pedagang besar luar negeri. Begitu juga industri pengolahan yang menjual hasil olahan apel kepada konsumennya. Semua aktivitas tersebut merupakan serangkaian kegiatan pemasaran yang menciptakan kegunaan kepemilikan melalui fungsi pertukaran. Dengan terjadinya penciptaan kegunaan kepemilikan tersebut, maka semua aktivitas di atas dapat digolongkan sebagai aktivitas produktif.
Para ahli ekonomi menyatakan bahwa konsep produksi tidak hanya dilihat dari kegiatan produksi yang menghasilkan produksi fisik secara nyata, tetapi semua kegiatan yang menambah nilai barang atau jasa juga merupakan suatu kegiatan produktif. Suatu pengertian konsep produksi yang singkat dapat memberi gambaran tentang hal tersebut, yakni produksi sebagai upaya penciptaan kegunaan, yaitu proses menciptakan kegunaan barang dan jasa. Kegunaan yang diciptakan tersebut meliputi kegunaan bentuk, tempat, waktu, dan kepemilikan.
Dalam sistem komoditas pertanian, disamping proses produksi yang dilakukan oleh petani yang menciptakan kegunaan bentuk, lembaga-lembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran juga dapat menciptakan keempat kegunaan tersebut. Dengan demikian, kegiatan pemasaran merupakan suatu kegiatan yang produktif. Fungsi pertukaran yang terdiri atas proses transaksi penjualan dan pembelian merupakan aktivitas yang dapat menaikkan atau menciptakan kegunaan kepemilikan. Proses transaksi tersebut misalnya penjualan buah apel yang dilakukan oleh petani apel kepada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul menjualnya kepada pedagang besar dan atau industri pengolaha. Pedagang besar menjual apel kepada industri pengolahan, pengecer, dan atau pedagang besar luar negeri. Begitu juga industri pengolahan yang menjual hasil olahan apel kepada konsumennya. Semua aktivitas tersebut merupakan serangkaian kegiatan pemasaran yang menciptakan kegunaan kepemilikan melalui fungsi pertukaran. Dengan terjadinya penciptaan kegunaan kepemilikan tersebut, maka semua aktivitas di atas dapat digolongkan sebagai aktivitas produktif.
Mutu Produk Pertanian yang Bervariasi
Mutu produk pertanian bervariasi dari tahun ke tahun, dari musim ke musim, dan dri sentra produksi yang satu ke sentra produksi yang lain. Kualitas produk sangat ditentukan oleh kesesuaian kondisi terhadap pertumbuhan tanaman, jenis varietas, dan penanganannya. Mungkin dalam suatu periode produksi, kondisi lingkungan cocok untuk mendukung pertumbuhan dan proses produksi sehingga hasil produksinya memilliki mutu yang tinggi.
Di lain pihak, pada periode yang lain, kondisi lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan dan proses produksi sehingga mutu produksinya menjadi rendah. Mutu produk sangat ditentukan oleh beberapa faktor, seperti keadaan iklim dan cuaca, keadaan fisik tanah (seperti topografi, ketinggian, tekstur, jenis dan tingkat kesuburannya), peristiwa alam (seperti banjir), serangan hama penyakit dan hama pertanian,serta tingkat penerapan teknologi produksi dan penanganan pasca panen yang tidak tepat. Jenis varietas yang ditanam juga berpengaruh tinggi bagi mutu hasil pertanian, seperti varietas unggul dan varietas lokal. Begitu juga cara penanganannya, baik selama masa produksi dan panen maupun penanganan pasca panen.
Sifat produk pertanian memerlukan tempat yang besar, terutama untuk kebutuhan penyimpanan dan pengangkutan. Pengangkutan yang dilakukan dengan jarak yang relatif jauh dari sumber produk ke daerah pemasaran akan menelan biaya pengangkutan yang relatif tinggi. Begitu juga dengan fungsi penyimpanan yang dilakukan, memerlukan tempat atau gudang yang relatif besar. Hal ini secara relatif akan memperbesar marjin biaya pemasaran komoditas tersebut.
Di lain pihak, pada periode yang lain, kondisi lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan dan proses produksi sehingga mutu produksinya menjadi rendah. Mutu produk sangat ditentukan oleh beberapa faktor, seperti keadaan iklim dan cuaca, keadaan fisik tanah (seperti topografi, ketinggian, tekstur, jenis dan tingkat kesuburannya), peristiwa alam (seperti banjir), serangan hama penyakit dan hama pertanian,serta tingkat penerapan teknologi produksi dan penanganan pasca panen yang tidak tepat. Jenis varietas yang ditanam juga berpengaruh tinggi bagi mutu hasil pertanian, seperti varietas unggul dan varietas lokal. Begitu juga cara penanganannya, baik selama masa produksi dan panen maupun penanganan pasca panen.
Sifat produk pertanian memerlukan tempat yang besar, terutama untuk kebutuhan penyimpanan dan pengangkutan. Pengangkutan yang dilakukan dengan jarak yang relatif jauh dari sumber produk ke daerah pemasaran akan menelan biaya pengangkutan yang relatif tinggi. Begitu juga dengan fungsi penyimpanan yang dilakukan, memerlukan tempat atau gudang yang relatif besar. Hal ini secara relatif akan memperbesar marjin biaya pemasaran komoditas tersebut.
Tidak Tahan Lamanya Produk Pertanian
Sifat produk pertanian yang mudah busuk dan rusak, terutama produk buah-buahan, sayur-sayuran, daging hasil peternakan dan perikanan, memerlukan penanganan yang cepat dan cermat untuk menjaga mutu sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen. Penanganan yang dapat dilakukan adalah pengepakan (packing), pendinginan (cooling dan freezing), pengangkutan dengan cepat, dan pengolahan, sesuai dengan jenis produk. Sifat mudah busuk dan rusak di atas menyebabkan kegiatan pada fungsi pengangkutan dan penyimpanan menjadi lebih kompleks dan mahal.
Pengangkutan buah-buahan, sayur-sayuran, ikan, daging, dan telur harus dilakukan dengan cepat dan hati-hati. Selama pengangkutan, tingkat kelembaban dan suhu harus tetap dapat dikontrol dan goncangan harus dapat dikurangi karena buah-buahan, sayur-sayuran, dan telur sangat peka terhadap tingkat kelembaban, suhu, dan goncangan. Sebelum melakukan kegiatan pengangkutan, pengepakan harus dilakukan untuk mengurangi kerusakan selama pengangkutan. Pengepakan produk juga berfungsi untuk melindungi produk selama masa penyimpanan. Jenis dan cara pengepakan disesuaiakan dengan jenis produk dan angkutan yang digunakan serta lama dan jauhnya jarak pengangkutan.
Fungsi penyimpanan berperan untuk mengurangi jumlah kerusakan dan kebusukan produk, di samping dapat bertahan lebih lama. Untuk menjaga agar produk tersebut disimpan di ruang pendingin atau bahkan dapat menggunakan ruang hampa udara. Hasil serelia dan biji-bijian agar dapat bertahan lebih lama dimasukkan ke karung atau kantong dan disimpan dalam gudang yang suhu dan kelembabannya relatif dapat dikontrol. Fungsi penyimpanan tersebut juga menjadi pelindung dari serangan binatang atau hewan yang dapat mengganggu produk yang disimpan.
Pengolahan secara sederhana juga dapat membuat produk pertanian bertahan lebih lama, seperti asinan buah-buahan. Namun, perkembangan teknologi industri memberikan sumbangan besar kepada sektor pertanian sehingga produk pertanian, melalui produk olahannya dapat dikonsumsi dimana saja dan kapan saja. Sebagai contoh, industri pengolahan karet yang menghasilkan produk antara berupa latex dan slabs yang dapat memasok kebutuhan industri ban; dan industri pengolahan kina yang dapat memasok kebutuhan industri farmasi sepanjang tahun, baik nasional maupun internasional.
Pengangkutan buah-buahan, sayur-sayuran, ikan, daging, dan telur harus dilakukan dengan cepat dan hati-hati. Selama pengangkutan, tingkat kelembaban dan suhu harus tetap dapat dikontrol dan goncangan harus dapat dikurangi karena buah-buahan, sayur-sayuran, dan telur sangat peka terhadap tingkat kelembaban, suhu, dan goncangan. Sebelum melakukan kegiatan pengangkutan, pengepakan harus dilakukan untuk mengurangi kerusakan selama pengangkutan. Pengepakan produk juga berfungsi untuk melindungi produk selama masa penyimpanan. Jenis dan cara pengepakan disesuaiakan dengan jenis produk dan angkutan yang digunakan serta lama dan jauhnya jarak pengangkutan.
Fungsi penyimpanan berperan untuk mengurangi jumlah kerusakan dan kebusukan produk, di samping dapat bertahan lebih lama. Untuk menjaga agar produk tersebut disimpan di ruang pendingin atau bahkan dapat menggunakan ruang hampa udara. Hasil serelia dan biji-bijian agar dapat bertahan lebih lama dimasukkan ke karung atau kantong dan disimpan dalam gudang yang suhu dan kelembabannya relatif dapat dikontrol. Fungsi penyimpanan tersebut juga menjadi pelindung dari serangan binatang atau hewan yang dapat mengganggu produk yang disimpan.
Pengolahan secara sederhana juga dapat membuat produk pertanian bertahan lebih lama, seperti asinan buah-buahan. Namun, perkembangan teknologi industri memberikan sumbangan besar kepada sektor pertanian sehingga produk pertanian, melalui produk olahannya dapat dikonsumsi dimana saja dan kapan saja. Sebagai contoh, industri pengolahan karet yang menghasilkan produk antara berupa latex dan slabs yang dapat memasok kebutuhan industri ban; dan industri pengolahan kina yang dapat memasok kebutuhan industri farmasi sepanjang tahun, baik nasional maupun internasional.
Sabtu, 27 November 2010
Pengertian Pasar Pertanian
Pada mulanya istilah pasar diartikan sabagai tempat pertemuan antara penjual dan pembeli untuk mempertukarkan barang-barang mereka (tempat melakukan barter). Pengertian pasar yang sering disarankan oleh para ahli ekonomi adalah sekumpulan pembeli dan penjual yang melakukan transaksi atau sejumlah produk atau kelas produk tertentu. Di lain pihak, para pengusaha sering mendefinisikan pasar berdasarkan pengelompokan pelanggan sehingga dikenal berbagai jenis pasar, seperti pasar kebutuhan, pasar produk, pasar demografis, dan pasar geografis. Bahkan, mereka memperluas penggolongannya sehingga dikenal istilah pasar pemberi suara, pasar tenaga kerja, dan pasar donor. (Kotler, 1997).
Pasar juga dapat diartikan sebagai tempat terjadinya penawaran dan permintaan, transaksi, tawar-menawar nilai (harga), dan atau terjadinya pemnidahan kepemilikan melalui suatu kesepakatan antara pembeli dan penjual. Kesepakatan tersebut dapat berupa kesepakatan harga, cara pembayaran, cara pengiriman, tempat pengambilan atau penerimaan produk, jenis dan jumlah produk, spesifikasi serta mutu produk, dan lain-lain kesepakatan yang berhubungan dengan pemindahan kepemilikan produk.
Dengan demikian, pasar pertanian merupakan tempat dimana terdapat interaksi antara kekuatan penawaran dan permintaan produk pertanian, terjadi tawar-menawar nilai produk, terjadi pemindahan kepemilikan, dan terjadi kesepakatan-kesepakatan yang berhubungan dengan pemindahan kepemilikan. Jika didasarkan pada konsep sistem agribisnis, maka pasar pertanian terdiri atas pasar input dan alat-alat pertanian, pasar produk pertanian, dan pasar produk industri pengolahan hasil pertanian atau pasar produk agroindustri.
Pasar juga dapat diartikan sebagai tempat terjadinya penawaran dan permintaan, transaksi, tawar-menawar nilai (harga), dan atau terjadinya pemnidahan kepemilikan melalui suatu kesepakatan antara pembeli dan penjual. Kesepakatan tersebut dapat berupa kesepakatan harga, cara pembayaran, cara pengiriman, tempat pengambilan atau penerimaan produk, jenis dan jumlah produk, spesifikasi serta mutu produk, dan lain-lain kesepakatan yang berhubungan dengan pemindahan kepemilikan produk.
Dengan demikian, pasar pertanian merupakan tempat dimana terdapat interaksi antara kekuatan penawaran dan permintaan produk pertanian, terjadi tawar-menawar nilai produk, terjadi pemindahan kepemilikan, dan terjadi kesepakatan-kesepakatan yang berhubungan dengan pemindahan kepemilikan. Jika didasarkan pada konsep sistem agribisnis, maka pasar pertanian terdiri atas pasar input dan alat-alat pertanian, pasar produk pertanian, dan pasar produk industri pengolahan hasil pertanian atau pasar produk agroindustri.
Bagan danTata Letak pada Perusahaan Agroindustri
• Tata Letak Fungsi Umum (General Function Layout). Jenis bagan ini menggambarkan, hubungan antara peralatan-peralatan, bangunan-bangunan, dan pekerjaan-pekerjaan.
• Diagram Alir Bahan (Material Flow Diagrams). Jenis diagram ini menggambarkan pengaturan dan jumlah semua input (material, bahan tambahan, pelengkap, dan utiliti) serta semua output (produk antara, produk akhir, serta emisi dan produk sampingan yang melalui layout pabrik).
• Diagram Garis Produksi (Production Line Diagrams). Jenis diagram ini menggambarkan lokasi, spesifikasi peralatan, kebutuhan tempat atau ruang, kebutuhan utility, besar bagian tumpukan barang, dan lain-lain untuk setiap tahap dalam proses atau dalam aliran material pabrik.
• Tata Letak Transportasi (Transportation Layouts). Jenis tata letak ini menunjukkan jarak dan mode dalam pengangkutan atau pemindahan input dan output ked an dari lini produksi.
• Tata Letak Penggunaan Utiliti (Utility Consumtion Layouts). Jenis tata letak ini menunjukkan lokasi dan jumlah utiliti yang dibutuhkan sebagai pedoman mengoperasikan instalasi pabrik dan menghitung biaya-biaya yang dibutuhkan dalam proses, baik berupa biaya nyata maupun biaya karena kerusakan, risiko, kehilangan, dan lain-lain.
• Tata Letak Komunikasi (Communication Layouts). Jenis tata letak ini menggambarkan lokasi dan jenis peralaan komunikasi yang diperlukan dalam mendukung kelancaran operasi.
• Tata Letak Tenaga Kerja (Manpower Layout). Jenis tata letak ini menggambarkan jumlah dan jenis tingkat keahlian karyawan yang diperlukan dalam setiap tahap proses dan berguna untuk mengevaluasi intesitas tenaga manusia dari setiap tahap.
• Tata Letak Fisik (Physical Layouts). Jenis tata letak ini menggambarkan kondisi dari lingkungan alamiah di sekitar atau di lokasi pabrik, baik yang didasarkan pada kondisi geodesi, geologis, hidrologis, tanah, mekanis, dan kondisi fisik lainnya.
• Diagram Alir Bahan (Material Flow Diagrams). Jenis diagram ini menggambarkan pengaturan dan jumlah semua input (material, bahan tambahan, pelengkap, dan utiliti) serta semua output (produk antara, produk akhir, serta emisi dan produk sampingan yang melalui layout pabrik).
• Diagram Garis Produksi (Production Line Diagrams). Jenis diagram ini menggambarkan lokasi, spesifikasi peralatan, kebutuhan tempat atau ruang, kebutuhan utility, besar bagian tumpukan barang, dan lain-lain untuk setiap tahap dalam proses atau dalam aliran material pabrik.
• Tata Letak Transportasi (Transportation Layouts). Jenis tata letak ini menunjukkan jarak dan mode dalam pengangkutan atau pemindahan input dan output ked an dari lini produksi.
• Tata Letak Penggunaan Utiliti (Utility Consumtion Layouts). Jenis tata letak ini menunjukkan lokasi dan jumlah utiliti yang dibutuhkan sebagai pedoman mengoperasikan instalasi pabrik dan menghitung biaya-biaya yang dibutuhkan dalam proses, baik berupa biaya nyata maupun biaya karena kerusakan, risiko, kehilangan, dan lain-lain.
• Tata Letak Komunikasi (Communication Layouts). Jenis tata letak ini menggambarkan lokasi dan jenis peralaan komunikasi yang diperlukan dalam mendukung kelancaran operasi.
• Tata Letak Tenaga Kerja (Manpower Layout). Jenis tata letak ini menggambarkan jumlah dan jenis tingkat keahlian karyawan yang diperlukan dalam setiap tahap proses dan berguna untuk mengevaluasi intesitas tenaga manusia dari setiap tahap.
• Tata Letak Fisik (Physical Layouts). Jenis tata letak ini menggambarkan kondisi dari lingkungan alamiah di sekitar atau di lokasi pabrik, baik yang didasarkan pada kondisi geodesi, geologis, hidrologis, tanah, mekanis, dan kondisi fisik lainnya.
Pengertian Pemasar dan Pemasaran Pertanian
Pemasar, menurut Kotler (1997) adalah seseorang yang mencari sumber daya dari orang lain dan bersedia menawarkan sesuatu sebagai imbalannya. Dengan demikian, seorang pemasar mengharapkan tanggapan dari pihak lain, apakah dalam bentuk menjual atau membeli. Dengan kata lain, pemasar dapat menjadi penjual atau pembeli. Oleh karena itu, pemasar pertanian dapat diartikan sebagai seseorang yang mencari barang input dan output serta jasa pada bidang pertanian dengan menwarkan sesuatu yang bernilai sebagai imbalannya.
Sedangkan pengerian pemasaran adalah sejumlah kegiatan bisnis yang ditujukan untuk memeberi kepuasan dari barang atau jasa yang dipertukarkan kepada konsumen atau pemakai (Kotler, 1997). Definisi tersebut sangat tepat untuk dijadikan dasar dalam mendefinisikan istilah pemasaran pertanian karena pengertian tersebut dapat mencakup perpindahan barang atau jasa mulai dari subsistem pengadaan penyaluran input pertanian, produsen hasil pertanian, agroindustri, pedagang pengumpul, pengecer, dan lembaga-lembaga perantara dan pemakai lainnya. Dengan demikian, pemasaran pemasaran pertaniandapat didefinisikan sebagai sejumlah kegiatan bisnis yang ditujukan untuk member kepuasan dari barang atau jasa yang dipertukarkan kepada konsumen atau pemakai dalam bidang pertanian, baik input maupun produk pertanian.
Sedangkan pengerian pemasaran adalah sejumlah kegiatan bisnis yang ditujukan untuk memeberi kepuasan dari barang atau jasa yang dipertukarkan kepada konsumen atau pemakai (Kotler, 1997). Definisi tersebut sangat tepat untuk dijadikan dasar dalam mendefinisikan istilah pemasaran pertanian karena pengertian tersebut dapat mencakup perpindahan barang atau jasa mulai dari subsistem pengadaan penyaluran input pertanian, produsen hasil pertanian, agroindustri, pedagang pengumpul, pengecer, dan lembaga-lembaga perantara dan pemakai lainnya. Dengan demikian, pemasaran pemasaran pertaniandapat didefinisikan sebagai sejumlah kegiatan bisnis yang ditujukan untuk member kepuasan dari barang atau jasa yang dipertukarkan kepada konsumen atau pemakai dalam bidang pertanian, baik input maupun produk pertanian.
Jumat, 26 November 2010
Penjadwalan Proses Produksi Pertanian dalam Manajamen Produksi Pertanian
Penjadwalan proses produksi pertanian dibuat mulai dari pembukaan lahan sampai kepada pemanenan dan penanganan pasca panen, terutama untuk komoditas yang memiliki gestation period yang relative pendek, seperti tanaman hortikultura. Namun, komoditas yang gestation period-nya relative panjang, seperti tanaman perkebunan, biasanya penjadwalan secara rinci dilakukan secara bertahap, walaupun tetap ada perencanaan jangka panjang yang menyeluruh.
Penjadwalan tanaman hortikultura yang berumur pendek memegang peranan penting sehubungan dengan fluktuasi harga dan permintaan dalam setahun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penjadwalan adalah jenis komoditas, kecenderungan permintaan dan fluktuasi harga, gestation period, pola produksi, pembiayaan, dan lain-lain.
Penjadwalan dilakukan mulai dari pembukaan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan (pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama dan penyakit, dan lain-lain), dan masa panen. Masa panen hendaknya disesuaikan dengan waktu di mana kecenderungan permintaan dan harga komoditas tersebut tinggi, kemudian dihitung mundur.
Sebagai contoh, agribisnis cabai memiliki gestation period selama tiga bulan sejak penanaman. Jika diperkirakan permintaan dan harga cabai tinggi pada bulan Desember dan Januari. Maka tiga bulan sebelum bulan Desember mulai dilakukan penanaman, yakni pada akhir bulan Agustus sampai awal September. Jika pembibitan dan pengolahan lahan memerlukan waktu satu bulan setengah sebelum lahan siap ditanami, maka pengolahan dan pembibitan dilakukan mulai pada awal bulan Juli. Dengan demikian, diharapkan panen perdana mulai dapat dilakukan pada awal Desember sehingga produk cabai tersebut dapat dijual dengan harga yang tinggi dan keuntungan yang diperoleh juga tinggi.
Penjadwalan tanaman hortikultura yang berumur pendek memegang peranan penting sehubungan dengan fluktuasi harga dan permintaan dalam setahun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penjadwalan adalah jenis komoditas, kecenderungan permintaan dan fluktuasi harga, gestation period, pola produksi, pembiayaan, dan lain-lain.
Penjadwalan dilakukan mulai dari pembukaan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan (pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama dan penyakit, dan lain-lain), dan masa panen. Masa panen hendaknya disesuaikan dengan waktu di mana kecenderungan permintaan dan harga komoditas tersebut tinggi, kemudian dihitung mundur.
Sebagai contoh, agribisnis cabai memiliki gestation period selama tiga bulan sejak penanaman. Jika diperkirakan permintaan dan harga cabai tinggi pada bulan Desember dan Januari. Maka tiga bulan sebelum bulan Desember mulai dilakukan penanaman, yakni pada akhir bulan Agustus sampai awal September. Jika pembibitan dan pengolahan lahan memerlukan waktu satu bulan setengah sebelum lahan siap ditanami, maka pengolahan dan pembibitan dilakukan mulai pada awal bulan Juli. Dengan demikian, diharapkan panen perdana mulai dapat dilakukan pada awal Desember sehingga produk cabai tersebut dapat dijual dengan harga yang tinggi dan keuntungan yang diperoleh juga tinggi.
Perencanaan Proses Produksi dan Biaya Produksi Pertanian dalam Manajemen Produksi Pertanian
1.Perencanaan Proses Produksi Pertanian
Setelah menetapkan jenis dan varietas komoditas yang akan diusahakan, lokasi produksi dan penempatan fasilitas, serta skala usaha yang akan dijalankan, maka mulai merencanakan proses produksi. Khusus dalam pembukaan usaha baru diperlukan perencanaan pengadaan fasilitas, seperti bangunan, peralatan, dan perlengkapan produksi. Setelah perencanaan pengadaan fasilitas dirampungkan, maka dilanjutkan dengan perencanaan proses produksi. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan proses produksi adalah biaya produksi, penjadwalan proses produksi, pola produksi, dan sumber-sumber input dan sistem pengadaannya.
2.Biaya Produksi Pertanian
Perencanaan biaya produksi sangat terkait dengan kemampuan pembiayaan yang dimiliki oleh perusahaan, baik bersumber dari modal sendiri maupun dari sumber luar, seperti modal ventura, pembiayaan melalui kredit, penjualan saham, dan sumber-sumber pembiayaan lainnya. Perencanaan biaya tersebut juga terkait dengan skala usaha yang optimal dan ekonomis untuk menghasilkan pendapatan usaha yang layak.
Setelah menetapkan jenis dan varietas komoditas yang akan diusahakan, lokasi produksi dan penempatan fasilitas, serta skala usaha yang akan dijalankan, maka mulai merencanakan proses produksi. Khusus dalam pembukaan usaha baru diperlukan perencanaan pengadaan fasilitas, seperti bangunan, peralatan, dan perlengkapan produksi. Setelah perencanaan pengadaan fasilitas dirampungkan, maka dilanjutkan dengan perencanaan proses produksi. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan proses produksi adalah biaya produksi, penjadwalan proses produksi, pola produksi, dan sumber-sumber input dan sistem pengadaannya.
2.Biaya Produksi Pertanian
Perencanaan biaya produksi sangat terkait dengan kemampuan pembiayaan yang dimiliki oleh perusahaan, baik bersumber dari modal sendiri maupun dari sumber luar, seperti modal ventura, pembiayaan melalui kredit, penjualan saham, dan sumber-sumber pembiayaan lainnya. Perencanaan biaya tersebut juga terkait dengan skala usaha yang optimal dan ekonomis untuk menghasilkan pendapatan usaha yang layak.
Perencanaan Pola Produksi dan Perencanaan dan Sistem Pengadaan Input-Input dan Sarana Produksi Pertanian dalam Manajemen Produksi Pertanian
1.Perencanaan Pola Produksi Pertanian
Perencanaan pola produksi memegang peranan penting dalam penjadwalan, perencanaan tenaga kerja dan input, pembiayaan, proses produksi dan operasi, penanganan pascapanen, serta sistem distribusi dan pemasaran, terutama untuk tanaman hortikultura yang memerlukan penanganan cepat. Pola produksi dapat dibagi ke dalam beberapa bentuk, antara lain berdasarkan:
a. Jumlah komoditas, yakni komoditas tunggal, komoditas ganda, dan multikomoditas.
b. Sistem produksi, yaitu pergiliran tanaman dan produksi massa.
2.Perencanaan dan Sistem Pengadaan Input-Input dan Saran Produksi Pertanian
Perencanaan input-input dan sarana produksi mencakup kegiatan mengidentifikasikan input-input dan sarana produksi yang dibutuhkan, baik dari segi jenis, jumlah, mutu ataupun spesifikasinya. Secara umum, input-input dalam agribisnis adalah bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, dan modal. Di lain pihak, sarana dan prasarana produksi adalah areal tempat produksi, perlengkapan dan peralatan, serta bangunan-bangunan pendukung, dan teknologi.
Setelah input-input serta sarana dan prasarana produksi diidentifikasi dan dispesifikasi, maka disusun rencana dan sistem pengadaannya. Dua hala mendasar yang perlu menjadi titik perhatian dalam memilih sistem pengadaan adalah membuat sendiri atau membeli. Misalnya dalam hal pengadaan bibit, apakah memproduksi bibit sendiri atau membeli sangat tergantung pada biaya imbangan anatara kedua alternatif tersebut.
Perencanaan pola produksi memegang peranan penting dalam penjadwalan, perencanaan tenaga kerja dan input, pembiayaan, proses produksi dan operasi, penanganan pascapanen, serta sistem distribusi dan pemasaran, terutama untuk tanaman hortikultura yang memerlukan penanganan cepat. Pola produksi dapat dibagi ke dalam beberapa bentuk, antara lain berdasarkan:
a. Jumlah komoditas, yakni komoditas tunggal, komoditas ganda, dan multikomoditas.
b. Sistem produksi, yaitu pergiliran tanaman dan produksi massa.
2.Perencanaan dan Sistem Pengadaan Input-Input dan Saran Produksi Pertanian
Perencanaan input-input dan sarana produksi mencakup kegiatan mengidentifikasikan input-input dan sarana produksi yang dibutuhkan, baik dari segi jenis, jumlah, mutu ataupun spesifikasinya. Secara umum, input-input dalam agribisnis adalah bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, dan modal. Di lain pihak, sarana dan prasarana produksi adalah areal tempat produksi, perlengkapan dan peralatan, serta bangunan-bangunan pendukung, dan teknologi.
Setelah input-input serta sarana dan prasarana produksi diidentifikasi dan dispesifikasi, maka disusun rencana dan sistem pengadaannya. Dua hala mendasar yang perlu menjadi titik perhatian dalam memilih sistem pengadaan adalah membuat sendiri atau membeli. Misalnya dalam hal pengadaan bibit, apakah memproduksi bibit sendiri atau membeli sangat tergantung pada biaya imbangan anatara kedua alternatif tersebut.
Kamis, 25 November 2010
Pemilihan Lokasi Produksi Pertanian dan Penempatan Fasilitas dalam Manajemen Produksi Pertanian
Untuk usaha agribisnis berskala kecil mungkin pemilihan lokasi produksi tidak menjadi prioritas, karena umumnya produksi dilakukan di daerah berdomisili para petani. Namun, usaha agribisnis berskala menengah ke atas, seperti perusahaan perkebunan, peternakan, perikanan, dan dikelola oleh perusahaan dengan modal investasi yang berjumlah besar, maka pemilihan lokasi tersebut akan besar pengaruhnya bagi keberhasilan dan kesinambungan usaha. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi ialah ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan prasarana dan saran fisik penunjang, lokasi pemasaran, dan ketersediaan intensif wilayah.
Ketersediaan tenaga kerja mencakup jumlah, spesifikasi dan mutu tenaga kerja yang dibutuhkan, serta tingkat upah regional dan peraturan-peraturan daerah mengenai ketenagakerjaan. Jumlah tenaga keja yang ada di suatu wilayah menjadi pertimbangan akan kecukupan tenaga kerja yang diperlukan dalam proses produksi, terutama berkaitan dengan tenaga kerja buruh atau tenaga kerja harian. Kekurangan tenaga kerja dari segi jumlah akan dapat menghambat proses produksi sesuai dengan yang direncanakan. Spesifikasi dan mutu tenaga kerja yang diperlukan dalam proses produksi sangat penting untuk menjamin aagar penempatan tenaga kerja yang direkrut sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan dalam suatu pekerjaan.
Tingkat upah regional dan peraturan-peraturan ketenagakerjaan di daerah tersebut juga harus menjadi pertimbangan. Tingkat upah regional sangat berpengaruh kepada biaya tenga kerja yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Peraturan-peraturan ketenagakerjaan juga berpengaruh kepada kewajiban-kewajiban perusahaan dalam kaitannya dengan pemanfaatan tenaga kerja.
Ketersediaan prasarana dan sarana fisik penunjang, seperti transportasi dan perhubungan, komunikasi, penerangan, serta pengairan atau sumber air, sangat penting untuk menjadi pertimbangan dalam keputusan-keputusan lokasi tersebut. Sifat-sifat dan karakteristik produk-produk pertanian dan perlengkapannya, input-input dan saran produksinya yang kamba (voluminous) menyebabkan ketersediaan prasarana dan sarana fisik tersebut menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan. Produk pertanian yang umumnya tidak tahan lama memerlukan penanganan dan pengangkutan yang cepat menuju ke lokasi konsumen. Begitu juga keberadaan alat telekomunikasi akan menjadi penting untuk transfer informasi dari lokasi produksi ke lokasi pasar atau sebaliknya.
Pertimbangan lainnya ialah lokasi pemasaran. Sebaiknya lokasi produksi dekat dengan lokasi pemasaran, terutama untuk komoditas-komoditas yang tidak tahan lama, seperti produk hortikulutra. Walupun demikian, pada era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, jarak antara lokasi produksi dan lokasi pasar tidak menjadi prioritas dengan teknologi daya tahan produk dapat diperpanjang dan jarak relative dapat diperpendek dengan alat-alat pengangkutan yang cepat.
Selanjutnya, insentif wilayah juga merupakan faktor pertimbangan dalam menetapkan keputusan lokasi produksi. Insentif wilayah sangat terkait dengan kebijakan pemerintah daerah yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan operasi produksi tersebut. Kebijakan pajak, kebijakan dan peraturan tenaga kerja, kebijakan investasi, budaya pelayanan public, dan efktivitas pelayanan public (debirokrasi), dan lain-lain merupakan insentif wilayah yang memiliki daya tarik bagi investor untuk berusaha di daerah tersebut.
Ketersediaan tenaga kerja mencakup jumlah, spesifikasi dan mutu tenaga kerja yang dibutuhkan, serta tingkat upah regional dan peraturan-peraturan daerah mengenai ketenagakerjaan. Jumlah tenaga keja yang ada di suatu wilayah menjadi pertimbangan akan kecukupan tenaga kerja yang diperlukan dalam proses produksi, terutama berkaitan dengan tenaga kerja buruh atau tenaga kerja harian. Kekurangan tenaga kerja dari segi jumlah akan dapat menghambat proses produksi sesuai dengan yang direncanakan. Spesifikasi dan mutu tenaga kerja yang diperlukan dalam proses produksi sangat penting untuk menjamin aagar penempatan tenaga kerja yang direkrut sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan dalam suatu pekerjaan.
Tingkat upah regional dan peraturan-peraturan ketenagakerjaan di daerah tersebut juga harus menjadi pertimbangan. Tingkat upah regional sangat berpengaruh kepada biaya tenga kerja yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Peraturan-peraturan ketenagakerjaan juga berpengaruh kepada kewajiban-kewajiban perusahaan dalam kaitannya dengan pemanfaatan tenaga kerja.
Ketersediaan prasarana dan sarana fisik penunjang, seperti transportasi dan perhubungan, komunikasi, penerangan, serta pengairan atau sumber air, sangat penting untuk menjadi pertimbangan dalam keputusan-keputusan lokasi tersebut. Sifat-sifat dan karakteristik produk-produk pertanian dan perlengkapannya, input-input dan saran produksinya yang kamba (voluminous) menyebabkan ketersediaan prasarana dan sarana fisik tersebut menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan. Produk pertanian yang umumnya tidak tahan lama memerlukan penanganan dan pengangkutan yang cepat menuju ke lokasi konsumen. Begitu juga keberadaan alat telekomunikasi akan menjadi penting untuk transfer informasi dari lokasi produksi ke lokasi pasar atau sebaliknya.
Pertimbangan lainnya ialah lokasi pemasaran. Sebaiknya lokasi produksi dekat dengan lokasi pemasaran, terutama untuk komoditas-komoditas yang tidak tahan lama, seperti produk hortikulutra. Walupun demikian, pada era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, jarak antara lokasi produksi dan lokasi pasar tidak menjadi prioritas dengan teknologi daya tahan produk dapat diperpanjang dan jarak relative dapat diperpendek dengan alat-alat pengangkutan yang cepat.
Selanjutnya, insentif wilayah juga merupakan faktor pertimbangan dalam menetapkan keputusan lokasi produksi. Insentif wilayah sangat terkait dengan kebijakan pemerintah daerah yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan operasi produksi tersebut. Kebijakan pajak, kebijakan dan peraturan tenaga kerja, kebijakan investasi, budaya pelayanan public, dan efktivitas pelayanan public (debirokrasi), dan lain-lain merupakan insentif wilayah yang memiliki daya tarik bagi investor untuk berusaha di daerah tersebut.
Pemilihan Komoditas dan Skala Usaha Pertanian dalam Manajemen Produksi Pertanian
1. Pemilihan komoditas Pertanian
Pemilihan komoditas yang akan diusahakan memegang peranan penting dalam keberhasilan usaha produksi pertanian. Komoditas yang bernilai ekonomis tinggi akan menjadi prioritas utama, tetapi perlu dipertimbangkan hal-hal yang berhubungan dengan pemasarannya. Sebab, mungkin terjadi komoditas tersebut ekonomis dalam produksi, tetapi tidak tepat untuk daerah produksi dan wilayah pemasaran yang akan dituju. Komoditas yang telah dipilih selanjutnya ditetapkan jenisnya atau varietasnya sesuai dengan kondisi topografi dan iklim lokasi yang direncanakan.
2. Skala Usaha Pertanian
Skala usaha terkait dengan ketersediaan input dan pasar. Skala usaha hendaknya diperhitungkan dengan matang sehingga produksi yang dihasilkan tidak mengalami kelebihan pasokan atau kelebihan permintaan. Begitu juga ketersediaan input, seperti modal, tenaga, bibit, peralatan, serta fasilitas produksi dan operasi lainnya harus diperhitungkan. Skala usaha yang besar, secara teoritis, akan dapat menghasilkan economics of scale yang tinggi. Namun, kenyataannya di lapangan sering kali skala besar menjadi tidak ekonomis yang disebabkan oleh karakteristik produk dan produksi komoditas pertanian yang khas. Oleh karena itu, dalam merencanakan usaha produksi pertanian,maka keputusan mengenai skala usaha menjadi sangat penting.
Karakteristik produk dan produksi komoditas pertanian juga menyebabkan skala usaha kecil di bidang agribisnis kebanyakan dapat mencapai skala ekonomis. Pada umumnya, tanaman hortikultura dapat diusahakan dalam skala yang kecil dengan tingkat efisiensi yang cukup tinggi. Akan tetapi, komoditas perkebunan, seperti kelapa sawit, teh, kina, karet, tebu, dan lain-lain, akan sangat tidak efisien jika diusahakan dalam skala yang kecil. Dengan demikian, untuk memberdayakan usaha tani kecil pada komoditas tersebbut, maka dibentuk pola-pola kemitraan, seperti perkebunan inti rakyat (PIR).
Pemilihan komoditas yang akan diusahakan memegang peranan penting dalam keberhasilan usaha produksi pertanian. Komoditas yang bernilai ekonomis tinggi akan menjadi prioritas utama, tetapi perlu dipertimbangkan hal-hal yang berhubungan dengan pemasarannya. Sebab, mungkin terjadi komoditas tersebut ekonomis dalam produksi, tetapi tidak tepat untuk daerah produksi dan wilayah pemasaran yang akan dituju. Komoditas yang telah dipilih selanjutnya ditetapkan jenisnya atau varietasnya sesuai dengan kondisi topografi dan iklim lokasi yang direncanakan.
2. Skala Usaha Pertanian
Skala usaha terkait dengan ketersediaan input dan pasar. Skala usaha hendaknya diperhitungkan dengan matang sehingga produksi yang dihasilkan tidak mengalami kelebihan pasokan atau kelebihan permintaan. Begitu juga ketersediaan input, seperti modal, tenaga, bibit, peralatan, serta fasilitas produksi dan operasi lainnya harus diperhitungkan. Skala usaha yang besar, secara teoritis, akan dapat menghasilkan economics of scale yang tinggi. Namun, kenyataannya di lapangan sering kali skala besar menjadi tidak ekonomis yang disebabkan oleh karakteristik produk dan produksi komoditas pertanian yang khas. Oleh karena itu, dalam merencanakan usaha produksi pertanian,maka keputusan mengenai skala usaha menjadi sangat penting.
Karakteristik produk dan produksi komoditas pertanian juga menyebabkan skala usaha kecil di bidang agribisnis kebanyakan dapat mencapai skala ekonomis. Pada umumnya, tanaman hortikultura dapat diusahakan dalam skala yang kecil dengan tingkat efisiensi yang cukup tinggi. Akan tetapi, komoditas perkebunan, seperti kelapa sawit, teh, kina, karet, tebu, dan lain-lain, akan sangat tidak efisien jika diusahakan dalam skala yang kecil. Dengan demikian, untuk memberdayakan usaha tani kecil pada komoditas tersebbut, maka dibentuk pola-pola kemitraan, seperti perkebunan inti rakyat (PIR).
Manajemen Produksi Agribisnis
Produksi agribisnis dapat diartikan sebagai seperangakt prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam penciptaan produk agribisnis (produk usaha pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, dan hasil olahan produk-produk tersebut). Berdasarkan hal tersebut, maka manajemen agribisnis dapat diartikan sebagai seperangkat keputusan untuk mendukung proses produksi agribisnis, mulai dari keputusan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, hingga evaluasi proses produksi.
Manajemen produksi memiliki dampak menyeluruh dan terkait dengan berbagai fungsi , seperti fungsi personalia, keuangan, penelitian dan pengembangan, pengadaan dan penyimpanan, dan lain-lain. Artinya, segala sesuatu yang berkaitan dengan produksi memiliki dampak terhadap fungsi-fungsi lainnya, bahkan memiliki dampak menyeluruh terhadap perusahaan. Misalnya, suatu rencana peningkatan produksi sampai 10% akan memiliki dampak terhadap fungsi manajemen keuangan, manajemen sumber daya manusia, manajemen teknologi, manajemen pengadaan, manajemen persediaan, manajemen penyimpanan, dan lain-lain.
Manajemen produksi, terutama menyangkut keputusan lokasi, ukuran atau volume, dan tata letak fasilitas, pembelian, persediaan, dan penjadwalan seerta mutu produk, akan menjadi perhatian khusus dari para manajer produksi. Walaupun keputusan-keputusan mengenai hal tersebut secara fungsional dapat berada di luar tanggung jawab manajeer produksi, seperti fungsi pengadaan, persediaan, dan penyimpanan, tetapi harus diperhatikan oleh manajer produksi dalam rangka menjamin berlangsungnya proses produksi sesuai dengan yang direncakan.
Manajemen produksi memiliki dampak menyeluruh dan terkait dengan berbagai fungsi , seperti fungsi personalia, keuangan, penelitian dan pengembangan, pengadaan dan penyimpanan, dan lain-lain. Artinya, segala sesuatu yang berkaitan dengan produksi memiliki dampak terhadap fungsi-fungsi lainnya, bahkan memiliki dampak menyeluruh terhadap perusahaan. Misalnya, suatu rencana peningkatan produksi sampai 10% akan memiliki dampak terhadap fungsi manajemen keuangan, manajemen sumber daya manusia, manajemen teknologi, manajemen pengadaan, manajemen persediaan, manajemen penyimpanan, dan lain-lain.
Manajemen produksi, terutama menyangkut keputusan lokasi, ukuran atau volume, dan tata letak fasilitas, pembelian, persediaan, dan penjadwalan seerta mutu produk, akan menjadi perhatian khusus dari para manajer produksi. Walaupun keputusan-keputusan mengenai hal tersebut secara fungsional dapat berada di luar tanggung jawab manajeer produksi, seperti fungsi pengadaan, persediaan, dan penyimpanan, tetapi harus diperhatikan oleh manajer produksi dalam rangka menjamin berlangsungnya proses produksi sesuai dengan yang direncakan.
Manajemen Produksi Agribisnis
Produksi agribisnis dapat diartikan sebagai seperangakt prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam penciptaan produk agribisnis (produk usaha pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, dan hasil olahan produk-produk tersebut). Berdasarkan hal tersebut, maka manajemen agribisnis dapat diartikan sebagai seperangkat keputusan untuk mendukung proses produksi agribisnis, mulai dari keputusan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, hingga evaluasi proses produksi.
Manajemen produksi memiliki dampak menyeluruh dan terkait dengan berbagai fungsi , seperti fungsi personalia, keuangan, penelitian dan pengembangan, pengadaan dan penyimpanan, dan lain-lain. Artinya, segala sesuatu yang berkaitan dengan produksi memiliki dampak terhadap fungsi-fungsi lainnya, bahkan memiliki dampak menyeluruh terhadap perusahaan. Misalnya, suatu rencana peningkatan produksi sampai 10% akan memiliki dampak terhadap fungsi manajemen keuangan, manajemen sumber daya manusia, manajemen teknologi, manajemen pengadaan, manajemen persediaan, manajemen penyimpanan, dan lain-lain.
Manajemen produksi, terutama menyangkut keputusan lokasi, ukuran atau volume, dan tata letak fasilitas, pembelian, persediaan, dan penjadwalan seerta mutu produk, akan menjadi perhatian khusus dari para manajer produksi. Walaupun keputusan-keputusan mengenai hal tersebut secara fungsional dapat berada di luar tanggung jawab manajeer produksi, seperti fungsi pengadaan, persediaan, dan penyimpanan, tetapi harus diperhatikan oleh manajer produksi dalam rangka menjamin berlangsungnya proses produksi sesuai dengan yang direncakan.
Rabu, 24 November 2010
Fungsi Pengorganisasian dalam Manajemen Agribisnis
Fungsi pengorganisasian merupakan upaya manajemen untuk mengorganisasikan semua sumber daya perusahaan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Efektivitas sebuah organisasi sangat bergantung pada kemampuan manajemennya untuk menggerakkan semua sumber daya perusahaan guna mencapai tujuannya. Sumber daya manusia sebagai penggerak utama sumber daya perusahaan lainnya harus memiliki kemampuan prima dan kerja yang professional serta ditempatkan pada posisi yang tepat. Semboyan yang paling terkenal untuk penempatan manusia pada posisi yang tepat guna mencapai efektivitas organisasi adalah the right man on the right place. Fungsi pengorganisasian tersebut sangat terkait juga dengan alokasi optimal sumber daya perusahaan sehingga diperoleh keterpaduan tugas-tugas dan peranan masing-masing sumber daya yang optimal dalam aktivitas organisasi.
Menurut Downey dan Erickson (1992), fungsi pengorganisasian tersebut meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
• Menyusun struktur organisasi.
• Menentukan pekerjaan yang harus dikerjakan.
• Memilih, menempatkan, dan mengembangkan karyawan.
• Merumuskan garis kegiatan perusahaan.
• Membentuk sejumlah hubungan dalam organisasi dan kemudian menunjuk stafnya.
Dengan demikian, semua sumber daya, termasuk para pekerja yang ada dalam perusahaan memiliki peranan yang jelas dan hubungan yang jelas antar komponen organisasi. Dalam hal pengorganisasian sumber daya disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat, baik rencana jangka pendek maupun rencana jangka panjang.
Menurut Downey dan Erickson (1992), fungsi pengorganisasian tersebut meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
• Menyusun struktur organisasi.
• Menentukan pekerjaan yang harus dikerjakan.
• Memilih, menempatkan, dan mengembangkan karyawan.
• Merumuskan garis kegiatan perusahaan.
• Membentuk sejumlah hubungan dalam organisasi dan kemudian menunjuk stafnya.
Dengan demikian, semua sumber daya, termasuk para pekerja yang ada dalam perusahaan memiliki peranan yang jelas dan hubungan yang jelas antar komponen organisasi. Dalam hal pengorganisasian sumber daya disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat, baik rencana jangka pendek maupun rencana jangka panjang.
Perbedaan antara Manajemen Agribisnis dan Manajemen Bisnis yang Lain (Downey dan Ericson, 1992)
• Keanekaragaman jenis bisnis pada sector agribisnis sangat besar, yaitu dari produsen primer sampai kepada para pengapal (shipper), perantara, pedagang borongan, pengolah, pengepak, manufaktur, perusahaan penyimpanan, pengangkut, lembaga keuangan, pengecer, jaringan restoran dan rumah makan, dan seterusnya.
• Jumlah agribisnis sangat besar. Berjuta-juta bisnis yang berbeda yang menangani rute perjalanan komoditas dari produsen sampai ke konsumen akhir.
• Cara pendirian agribisnis dikelilingi oleh pengusaha tani. Para pengusaha tani tersebut memproduksi beratus-ratus macam bahan bahan pangan dan sandang (serat). Hampir semua agribisnis terkait erat dengan pengusaha tani, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tidak ada industri lain yang lokasi operasinya dikelilingi oleh produsen bahan bakunya.
• Skala usaha agribisnis sangat beragam, dari yang sangat kecil, menengah, hingga yang sangat besar.
• Agribisnis yang pada umumnya berskala kecil harus bersaing di pasar yang relatif bebas dengan banyak produsen dan relatif sedikit pembeli.
• Falsafah hidup tradisional yang dianut sebagian besar produsen menyebabkan agribisnis lebih ketinggalan dibandingkan dengan bisnis lainnya.
• Usaha agribisnis cederung sebagai usaha keluarga.
• Agribisnis kebanyakan berbasis pedesaan sehingga masih memiliki ikatan kekeluargaan yang relatif tinggi.
• Sifat produk yang umumnya cepat busuk, kamba, dan tidak tahan lama menuntut penanganan yang khusus, disamping sifat produksi yang musiman, kecil-kecil, tersebar, dan lain-lain, juga menuntut penerapan manajemen yang berbeda.
• Ancaman dari gejala alam yang tidak dapat diprediksi menjadi pembeda dengan bisnis lainnya.
• Kebijakan dan program pemerintah sering sangat berpengaruh kepada sector agribisnis.
• Jumlah agribisnis sangat besar. Berjuta-juta bisnis yang berbeda yang menangani rute perjalanan komoditas dari produsen sampai ke konsumen akhir.
• Cara pendirian agribisnis dikelilingi oleh pengusaha tani. Para pengusaha tani tersebut memproduksi beratus-ratus macam bahan bahan pangan dan sandang (serat). Hampir semua agribisnis terkait erat dengan pengusaha tani, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tidak ada industri lain yang lokasi operasinya dikelilingi oleh produsen bahan bakunya.
• Skala usaha agribisnis sangat beragam, dari yang sangat kecil, menengah, hingga yang sangat besar.
• Agribisnis yang pada umumnya berskala kecil harus bersaing di pasar yang relatif bebas dengan banyak produsen dan relatif sedikit pembeli.
• Falsafah hidup tradisional yang dianut sebagian besar produsen menyebabkan agribisnis lebih ketinggalan dibandingkan dengan bisnis lainnya.
• Usaha agribisnis cederung sebagai usaha keluarga.
• Agribisnis kebanyakan berbasis pedesaan sehingga masih memiliki ikatan kekeluargaan yang relatif tinggi.
• Sifat produk yang umumnya cepat busuk, kamba, dan tidak tahan lama menuntut penanganan yang khusus, disamping sifat produksi yang musiman, kecil-kecil, tersebar, dan lain-lain, juga menuntut penerapan manajemen yang berbeda.
• Ancaman dari gejala alam yang tidak dapat diprediksi menjadi pembeda dengan bisnis lainnya.
• Kebijakan dan program pemerintah sering sangat berpengaruh kepada sector agribisnis.
Fungsi pelaksanaan dalam Manajemen Agribisnis
Fungsi pelaksanaan seringkali dibagi lagi menjadi fungsi pemimpinan, pengarahan, dan koordinasi. Bahkan fungsi pelaksanaan sering terpisah dengan ketiga fungsi tersebut. Fungsi pemimpinan lebih menekankan pada bagaimana seorang pemimpin untuk menyalurkan semua kemampuan individu pada aktivitas organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Fungsi pengarahan lebih menekankan pada bagaiamana karyawan diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Downey dan Erickson (1992), fungsi pengarahan meliputi usaha untuk memimpin, menyelia atau mengawasi, memotivasi, mendelegasikan, dan menilai para karyawan yang ada dalam organisasi. Pengarahan ditujukan untuk menetapkan kewajiban dan tanggungjawab setiap karyawan dalam organisasi, menetapkan hasil yang harus dicapai, mendelegasikan wewenang kepada karyawan, menciptakan hasrat untuk berhasil, serta mengawasi agar pekerjaan benar-benar dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Fungsi koordinasi lebih menekankan pada hubungan koordinasi antar individu, antar kelompok dan atau individu, atas berbagai aktivitas organisasi, sehingga diperoleh harmonisasi dalam setiap pelaksanaan kegiatan. Di lain pihak, fungsi pelaksanaan sendiri lebih menekankan pada proses pelaksanaan kegiatan organisasi sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Menurut Downey dan Erickson (1992), fungsi pengarahan meliputi usaha untuk memimpin, menyelia atau mengawasi, memotivasi, mendelegasikan, dan menilai para karyawan yang ada dalam organisasi. Pengarahan ditujukan untuk menetapkan kewajiban dan tanggungjawab setiap karyawan dalam organisasi, menetapkan hasil yang harus dicapai, mendelegasikan wewenang kepada karyawan, menciptakan hasrat untuk berhasil, serta mengawasi agar pekerjaan benar-benar dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Fungsi koordinasi lebih menekankan pada hubungan koordinasi antar individu, antar kelompok dan atau individu, atas berbagai aktivitas organisasi, sehingga diperoleh harmonisasi dalam setiap pelaksanaan kegiatan. Di lain pihak, fungsi pelaksanaan sendiri lebih menekankan pada proses pelaksanaan kegiatan organisasi sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Selasa, 23 November 2010
Botani dan Klasifikasi Tanaman Apel
Famili Rosaceae tersebut terbagi menjadi dua subfamily, yaitu Pomoideae dan Prunoideae. Bunga dari kedua subfamily tersebut muncul pada cabang yang sangat pendek yang disebut spurs, dapat juga muncul pada tunas vegetatif primeratau pada tunas sekunder. Namun demikian, spurs dari kedua subfamily tersebut mempunyai beberapa perbedaan. Spurs subfamily Pomoideae menghasilkan beberapa tunas vegetatif lateral (tunas-tunas lateral tersebut terus menghasilkan spurs berikutnya) dan satu tunas bunga campuran. Sementara itu, spurs subfamily Prunoideae menghasilkan beberapa kuncup bunga lateral diselingi dengan tunas vegetatif dan selalu diakhiri dengan tunas vegetatif (Gur, 1985).
Tanaman apel yang ada sekarang ini diduga merupakan hibrida dari berbagai macam spesies yaitu, M. sylvestris Miller, M. dasyphyla Borkh, M. pumila Miller, dan beberapa spesies dari Asia. Malus sylvestris Miller banyak dipelihara di Benua Eropa hingga Turkistan Barat. M.pumilla Miller banyak dipelihara orang di Semenanjung Balkan hingga Rusia dan beberapa spesies dari Asia (M. baccata). Genus Mallus mempunyai sekitar 25-30 spesies. Beberapa spesies dapat mengadakan crossing secara bebas karena diduga tanaman tersebut tidak ada yang bersifat self incompatability (Brown, 1975).
Atas dasar fenomena alam tersebut, pada saat ini jenis tanaman apel yang dibudidayakan di seluruh dunia sangat banyak, yaitu sekitar seribu kultivar. Yang terbanyak terdapat di daerah subtropics (Kusumo dan Verheij, 1995). Jenis tanaman apel yang banyak ditanam oleh petani Indonesia adalah ‘rome beauty’ selain ‘manalagi’ dan ‘princes noble’. Kultivar manalagi diduga merupakan klon tua sejak zaman Belanda. Kultivar tersebut juga mirip dengan golden delicious yang cukup terkenal di Australia.
Tanaman apel yang ada sekarang ini diduga merupakan hibrida dari berbagai macam spesies yaitu, M. sylvestris Miller, M. dasyphyla Borkh, M. pumila Miller, dan beberapa spesies dari Asia. Malus sylvestris Miller banyak dipelihara di Benua Eropa hingga Turkistan Barat. M.pumilla Miller banyak dipelihara orang di Semenanjung Balkan hingga Rusia dan beberapa spesies dari Asia (M. baccata). Genus Mallus mempunyai sekitar 25-30 spesies. Beberapa spesies dapat mengadakan crossing secara bebas karena diduga tanaman tersebut tidak ada yang bersifat self incompatability (Brown, 1975).
Atas dasar fenomena alam tersebut, pada saat ini jenis tanaman apel yang dibudidayakan di seluruh dunia sangat banyak, yaitu sekitar seribu kultivar. Yang terbanyak terdapat di daerah subtropics (Kusumo dan Verheij, 1995). Jenis tanaman apel yang banyak ditanam oleh petani Indonesia adalah ‘rome beauty’ selain ‘manalagi’ dan ‘princes noble’. Kultivar manalagi diduga merupakan klon tua sejak zaman Belanda. Kultivar tersebut juga mirip dengan golden delicious yang cukup terkenal di Australia.
Asal dan Distribusi Tanaman Apel (Malus domestica Borkh)
Asal dan Distribusi Tanaman Apel (Malus domestica Borkh)
Tanaman apel yang dibudidayakan sekarang ini berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini, tanaman tersebut sudah menyebar ke seluruh dunia, baik di daerah tropis maupun subtropics. Namun demikian, negara penghasil apel yang utama di dunia hanya beberapa, misalnya Australia, China, Amerika Serikat, Turki, negara-negara pecahan Uni Soviyet, beberapa negara Eropa, Jepang dan Argentina.
Buah apel dikonsumsi dengan berbagai cara. Di Asia Tenggara, buah apel yang matang, biasanya disantap mentah. Yang muda dibuat manisan, dirujak, dikalengkan dan dip roses lanjut menjadi minuman penyegar. Sekalipun demikian, di pasaran internasional konsumsi buah apel segar masih yang terbesar.
Industri pertanaman apel di Indonesia masih belum bangkit. Batu, Malang, Jawa Timur merupakan satu-satunya produsen buah apel. Dari kota tersebut selanjutnya menyebar ke Nongkojajar dan sebagian ke Pulau Timor. Untuk diversifikasi produk pertanian, introduksi tanaman yang bernilai tersebut sangat perlu untuk digalakkan, yaitu ke daerah baru yang mempunyai kemiripan iklim dengan kota Batu. Baru-baru ini di Batu, sari buah apel difermentasikan dan dipromosikan sebagai bahan penyembuh penyakit tertentu.
Tekstur daging buah apel renyah. Rasanya bervariasi dari masam hingga manis. Rasa tersebut merupakan komposisi imbangan antara asam malat dengan gula. Setiap 100 gram buah apel mengandung sekitar 85 gram air, 10-13,5 gram karbohidrat (terutama fructose), 10 mg fosfor, kalsium 10 mg, 0.2 mg besi , kalium 150 mg serta vitamin A, B1, B2, B6, dan C sebanyak 10 mg. Kandungan protein dan lemak buah apel sangat rendah sedangkan kalorinya sekitar 165-235 kJ.
Tanaman apel yang dibudidayakan sekarang ini berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini, tanaman tersebut sudah menyebar ke seluruh dunia, baik di daerah tropis maupun subtropics. Namun demikian, negara penghasil apel yang utama di dunia hanya beberapa, misalnya Australia, China, Amerika Serikat, Turki, negara-negara pecahan Uni Soviyet, beberapa negara Eropa, Jepang dan Argentina.
Buah apel dikonsumsi dengan berbagai cara. Di Asia Tenggara, buah apel yang matang, biasanya disantap mentah. Yang muda dibuat manisan, dirujak, dikalengkan dan dip roses lanjut menjadi minuman penyegar. Sekalipun demikian, di pasaran internasional konsumsi buah apel segar masih yang terbesar.
Industri pertanaman apel di Indonesia masih belum bangkit. Batu, Malang, Jawa Timur merupakan satu-satunya produsen buah apel. Dari kota tersebut selanjutnya menyebar ke Nongkojajar dan sebagian ke Pulau Timor. Untuk diversifikasi produk pertanian, introduksi tanaman yang bernilai tersebut sangat perlu untuk digalakkan, yaitu ke daerah baru yang mempunyai kemiripan iklim dengan kota Batu. Baru-baru ini di Batu, sari buah apel difermentasikan dan dipromosikan sebagai bahan penyembuh penyakit tertentu.
Tekstur daging buah apel renyah. Rasanya bervariasi dari masam hingga manis. Rasa tersebut merupakan komposisi imbangan antara asam malat dengan gula. Setiap 100 gram buah apel mengandung sekitar 85 gram air, 10-13,5 gram karbohidrat (terutama fructose), 10 mg fosfor, kalsium 10 mg, 0.2 mg besi , kalium 150 mg serta vitamin A, B1, B2, B6, dan C sebanyak 10 mg. Kandungan protein dan lemak buah apel sangat rendah sedangkan kalorinya sekitar 165-235 kJ.
Asal dan Distribusi Buah Anggur
Asal dan Distribusi Buah Anggur
Tanaman anggur yang pada umumnya dibudidayakan sekarang termasuk genus vitis, satu dari sepuluh genera dalam family Vitaceae. Dari sepuluh genus tersebut, hanya ada beberapa yang dapat dimakan buahnya (edible) yaitu Vitis dan Muscadinia, selebihnya banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias atau ornamental. Genus Vitis mempunyai 32 spesies yang asal-usulnya sangat beragam. Sementara itu, spesies liar masih banyak ditemukan di semua benua baik yang ada di kawasan tropis maupun subtropis. Sebenarnya, tanaman tersebut sudah lama dikenal pada masa prasejarah. Dengan demikian, perkembangan budidayanya selaras dengan kemajuan peradaban manusia. Spesies yang terdaftar dalam genus Vitis terdiri atas empat kelompok, yaitu kelompok Amerika, kelompok Asia, kelompok Eropa, dan kelompok Karibia. Kelompok Amerika mempunyai anggota spesies yang paling banyak yaitu 29. Kemudian kelompok Asia 11, kelompok Eropa hanya terdiri atas 1 spesies yaitu Vitis vinifera. Kelompok Karibia terdiri atas satu spesies, yaitu V. indica.
Tanaman anggur yang dibudidayakan di negara-negara Amerika dan Eropa bertujuan mendapatkan bahan mentah untuk minuman berakohol (wine). Minuman penghangat itu digunakan karena iklim dingin yang cukup tinggi. Majunya industri minuman keras menyebabkan negara-negara tersebut terlepas dari ketergantungannya terhadap rempah-rempah yang didatangkan dari Indonesia (Maluku). Sejarah mengatakan bahwa maksud kedatangan Belanda ke Indonesia untuk berdagang rempah-rempah.
Pada saat ini, tujuan budidaya anggur semakin meluas sperti membuat anggur kering (raisin) sebagai bahan kue, anggur meja, dan minuman segar (juice). Kelompok anggur Amerika digunakan sebagai batang bawah bagi V. vinifera. Adakalanya, jenis batang bawah bukan berasal dari anggur Amerika asli, namun merupakan hasil penyilangan dengan anggur Eropa. Masa juvenil V. vinifera relative pendek, sejak berkecambah hingga berbunga, hanya memerlukan waktu 3 tahun.
Rasa buah anggur bervariasi. Rasa asam dan manis mendominasi kandungan kimia buahnya. Berdasarkan analisis laboratorium setiap 100 g buah anggur mengandung 50 unit kalori, air 86%, protein 0,5 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 12,8 g, serat 0,9 g, kalsium 9 mg, P 20 mg, dan besi 0,6 mg. jenis dan kandungan vitaminnya antara lain A 83 IU, B1 0,10 mg, B2 0,06 mg dan niacin 0,2 mg (Ashari, 1995). Bentuk dompolan atau klaster buah anggur sekaligus bentuk individu buahnya cukup beragam
Tanaman anggur yang pada umumnya dibudidayakan sekarang termasuk genus vitis, satu dari sepuluh genera dalam family Vitaceae. Dari sepuluh genus tersebut, hanya ada beberapa yang dapat dimakan buahnya (edible) yaitu Vitis dan Muscadinia, selebihnya banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias atau ornamental. Genus Vitis mempunyai 32 spesies yang asal-usulnya sangat beragam. Sementara itu, spesies liar masih banyak ditemukan di semua benua baik yang ada di kawasan tropis maupun subtropis. Sebenarnya, tanaman tersebut sudah lama dikenal pada masa prasejarah. Dengan demikian, perkembangan budidayanya selaras dengan kemajuan peradaban manusia. Spesies yang terdaftar dalam genus Vitis terdiri atas empat kelompok, yaitu kelompok Amerika, kelompok Asia, kelompok Eropa, dan kelompok Karibia. Kelompok Amerika mempunyai anggota spesies yang paling banyak yaitu 29. Kemudian kelompok Asia 11, kelompok Eropa hanya terdiri atas 1 spesies yaitu Vitis vinifera. Kelompok Karibia terdiri atas satu spesies, yaitu V. indica.
Tanaman anggur yang dibudidayakan di negara-negara Amerika dan Eropa bertujuan mendapatkan bahan mentah untuk minuman berakohol (wine). Minuman penghangat itu digunakan karena iklim dingin yang cukup tinggi. Majunya industri minuman keras menyebabkan negara-negara tersebut terlepas dari ketergantungannya terhadap rempah-rempah yang didatangkan dari Indonesia (Maluku). Sejarah mengatakan bahwa maksud kedatangan Belanda ke Indonesia untuk berdagang rempah-rempah.
Pada saat ini, tujuan budidaya anggur semakin meluas sperti membuat anggur kering (raisin) sebagai bahan kue, anggur meja, dan minuman segar (juice). Kelompok anggur Amerika digunakan sebagai batang bawah bagi V. vinifera. Adakalanya, jenis batang bawah bukan berasal dari anggur Amerika asli, namun merupakan hasil penyilangan dengan anggur Eropa. Masa juvenil V. vinifera relative pendek, sejak berkecambah hingga berbunga, hanya memerlukan waktu 3 tahun.
Rasa buah anggur bervariasi. Rasa asam dan manis mendominasi kandungan kimia buahnya. Berdasarkan analisis laboratorium setiap 100 g buah anggur mengandung 50 unit kalori, air 86%, protein 0,5 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 12,8 g, serat 0,9 g, kalsium 9 mg, P 20 mg, dan besi 0,6 mg. jenis dan kandungan vitaminnya antara lain A 83 IU, B1 0,10 mg, B2 0,06 mg dan niacin 0,2 mg (Ashari, 1995). Bentuk dompolan atau klaster buah anggur sekaligus bentuk individu buahnya cukup beragam
Senin, 22 November 2010
unsur seng (Zn)
Unsur Seng (Zn)
Seng atau Zincum (Zn) diserap dalam bentuk Zn2+ merupakan bagian yang penting dari asam Carboxylase, Carbonic anhidrose. Dalam keadaan yang sangat sedikit Zn telah dapat memberikan dorongan terhadap perkembangan-perkembangan, kelebihan sedikit saja dari ketentuan penggunaannya akan menjadi racun, dapat dikatakan bahwa tanaman yang tahan dengan larutan makanan yang tercampur dengan Zn 1 mg/liter jumlahnya adalah sedikit sekali.
Diperkirakan bahwa persenyawaan-persenyawaan Zn berfungsi pula pada pembentukan hormon (auxin) dan penting bagi keseimbangan fisiologis. Defisiensi Zn dapat menyebabkan pertumbuhan vegetatif terhambat selain juga dapat menghambat pertumbuhan biji.
Zn dalam tanah terdapat dalam bentuk:
1) Sulfida - - - - - - - - - - - - (ZnS);
2) Calamine - - - - - - - - - - (ZnCO3).
Kekurangan Zn sering terjadi pada daerah-daerah yang lembab serta pada tanah-tanah asam sampai sedikit netral.
Pemupukan Zn dalam bentuk ZnSO47H2O atau seng sulfat, pemupukan melalui semprotan ke daun adalah lebih efektif daripada melalui tanah. Di samping penyemprotan larutan Zn ke dalam batang tanaman.
Seng atau Zincum (Zn) diserap dalam bentuk Zn2+ merupakan bagian yang penting dari asam Carboxylase, Carbonic anhidrose. Dalam keadaan yang sangat sedikit Zn telah dapat memberikan dorongan terhadap perkembangan-perkembangan, kelebihan sedikit saja dari ketentuan penggunaannya akan menjadi racun, dapat dikatakan bahwa tanaman yang tahan dengan larutan makanan yang tercampur dengan Zn 1 mg/liter jumlahnya adalah sedikit sekali.
Diperkirakan bahwa persenyawaan-persenyawaan Zn berfungsi pula pada pembentukan hormon (auxin) dan penting bagi keseimbangan fisiologis. Defisiensi Zn dapat menyebabkan pertumbuhan vegetatif terhambat selain juga dapat menghambat pertumbuhan biji.
Zn dalam tanah terdapat dalam bentuk:
1) Sulfida - - - - - - - - - - - - (ZnS);
2) Calamine - - - - - - - - - - (ZnCO3).
Kekurangan Zn sering terjadi pada daerah-daerah yang lembab serta pada tanah-tanah asam sampai sedikit netral.
Pemupukan Zn dalam bentuk ZnSO47H2O atau seng sulfat, pemupukan melalui semprotan ke daun adalah lebih efektif daripada melalui tanah. Di samping penyemprotan larutan Zn ke dalam batang tanaman.
unsur tembaga
Unsur Tembaga (Cu)
Unsur tembaga diserap oleh akar tanaman dalam bentuk Cu2+. Tembaga sangat diperlukan dalam pembentukan macam-macam enzim seperti berikut:
- Ascorbic acid oxydase
- Lacosa
- Butirid Coenzim A.dehidrosenam.
Umumnya tanah jarang sekali yang menderita kekurangan Cu, akan tetapi apabila terjadi kekurangan Cu maka pengaruhnya terhadap daun yang dalam hal ini daun menjadi bercoreng-coreng (belang), ujung daun memutih, keadaan demikian lazim disebut penyakit reklamasi (reclamation desease). Jika kekurangan Cu berkelanjutan, tanaman akan layu dan akhirnya mati.
Tembaga (Cu) mempunyai peranan penting dalam pembentukan hijau daun (khlorofil). Di dalam tanah Cu terdapat dalam bentuk :
1) Malachit - - - - - - - - - - - (CaCo3Cu(OH)2)
2) Cuprit - - - - - - - - - - - - - (Cu2O).
Defisiensi tembaga pada umumnya terjadi pada tanah-tanah gambut yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi tidak normal (pelayuan yang cepat disertai batang-batang tanaman melemah). Cu sebagai pupuk digunakan dalam bentuk CuSO45H2O atau Cupri sulfat.
Unsur tembaga diserap oleh akar tanaman dalam bentuk Cu2+. Tembaga sangat diperlukan dalam pembentukan macam-macam enzim seperti berikut:
- Ascorbic acid oxydase
- Lacosa
- Butirid Coenzim A.dehidrosenam.
Umumnya tanah jarang sekali yang menderita kekurangan Cu, akan tetapi apabila terjadi kekurangan Cu maka pengaruhnya terhadap daun yang dalam hal ini daun menjadi bercoreng-coreng (belang), ujung daun memutih, keadaan demikian lazim disebut penyakit reklamasi (reclamation desease). Jika kekurangan Cu berkelanjutan, tanaman akan layu dan akhirnya mati.
Tembaga (Cu) mempunyai peranan penting dalam pembentukan hijau daun (khlorofil). Di dalam tanah Cu terdapat dalam bentuk :
1) Malachit - - - - - - - - - - - (CaCo3Cu(OH)2)
2) Cuprit - - - - - - - - - - - - - (Cu2O).
Defisiensi tembaga pada umumnya terjadi pada tanah-tanah gambut yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi tidak normal (pelayuan yang cepat disertai batang-batang tanaman melemah). Cu sebagai pupuk digunakan dalam bentuk CuSO45H2O atau Cupri sulfat.
Jumat, 19 November 2010
Respon Tanaman Terhadap Penyinaraaan
Respon Tanaman Terhadap Penyinaraaan
Respon pembungaan tanaman terhadap lamanya penyinaran berbeda. Tanaman yang digolongkan tanaman hari pendek atau short day plants adalah tanaman yang baru berbunga apabila periode gelap lebih lama atau panjang daripada periode kritsnya (misalnya 12 jam). Sebaliknya, tanaman hari panjang atau day plants adalah golongan tanaman yang hanya mau berbunga apabila periode gelap kurang atau dibawah dari periode kritisnya. Sementara itu ada jenis tanaman yang berbunga pada 12 jam penyinaran. Golongan tanaman ini dinamakan tanaman hari netral (day neutral plants). Misalnya tomat, dandelion, gandum, jambu biji serta tanaman yang tergolong tanaman daerah tropis. Contoh tanaman hari panjang antara lain apel, bit gula, lobak, seladah, kubis, kentang dan pada umumya tanaman daerah subtropics. Selanjutnya golongan tanaman ornament (krisan, salvia, cosmos dan poinsettia) adalah jenis tanaman hari pendek.
Panjang hari dan tanaman unggulan
Sang pencipta sudah membagi lingkungan tumbuh sesuai dengan habitat tanamannya masing-masing. Dengan kata lain, tanaman hari panjang akan berproduksi optimal bila dibudidayakan di daerah yang mempunyai panjang hari lebih dari 12 jam. Demikian pula halnya tanaman hari pendek. Indonesia terletak di daerah tropis. Topografi yang bervariasi mulai dataran rendah hingga dataran tinggi, memungkinkan untuk membudidayakan tanaman hari panjang. Akan tetapi lingkungan untuk tanaman hari panjang tetap belum tercukupi sepenuhnya. Akibatnya, karena hambatan lingkungan tadi, produksi buah-buahan subtropis disini sulit untuk mencapai titik maksimal. Oleh karenanya, dalam era gobal yang mengutamakan persaingan bebas, potensi tanaman tropis lebih tinggi untuk disaingkan dengan produk buah dari luar negeri.
Kesesuaian ekologis tadi mengandung makna bahwa produktivitas tanaman akan optimal dibudidayakan pada habitat yang sesuai. Konsep tersebut dikenal sebagai –specific location-. Untuk itu program perwilayahan komoditas tanaman buah-buahan tropis, mulai dari Sabang hingga merauke akan menggugah potensi unggulan daerah yang bisa berkompetisi dengan buah-buahan impor.
Respon pembungaan tanaman terhadap lamanya penyinaran berbeda. Tanaman yang digolongkan tanaman hari pendek atau short day plants adalah tanaman yang baru berbunga apabila periode gelap lebih lama atau panjang daripada periode kritsnya (misalnya 12 jam). Sebaliknya, tanaman hari panjang atau day plants adalah golongan tanaman yang hanya mau berbunga apabila periode gelap kurang atau dibawah dari periode kritisnya. Sementara itu ada jenis tanaman yang berbunga pada 12 jam penyinaran. Golongan tanaman ini dinamakan tanaman hari netral (day neutral plants). Misalnya tomat, dandelion, gandum, jambu biji serta tanaman yang tergolong tanaman daerah tropis. Contoh tanaman hari panjang antara lain apel, bit gula, lobak, seladah, kubis, kentang dan pada umumya tanaman daerah subtropics. Selanjutnya golongan tanaman ornament (krisan, salvia, cosmos dan poinsettia) adalah jenis tanaman hari pendek.
Panjang hari dan tanaman unggulan
Sang pencipta sudah membagi lingkungan tumbuh sesuai dengan habitat tanamannya masing-masing. Dengan kata lain, tanaman hari panjang akan berproduksi optimal bila dibudidayakan di daerah yang mempunyai panjang hari lebih dari 12 jam. Demikian pula halnya tanaman hari pendek. Indonesia terletak di daerah tropis. Topografi yang bervariasi mulai dataran rendah hingga dataran tinggi, memungkinkan untuk membudidayakan tanaman hari panjang. Akan tetapi lingkungan untuk tanaman hari panjang tetap belum tercukupi sepenuhnya. Akibatnya, karena hambatan lingkungan tadi, produksi buah-buahan subtropis disini sulit untuk mencapai titik maksimal. Oleh karenanya, dalam era gobal yang mengutamakan persaingan bebas, potensi tanaman tropis lebih tinggi untuk disaingkan dengan produk buah dari luar negeri.
Kesesuaian ekologis tadi mengandung makna bahwa produktivitas tanaman akan optimal dibudidayakan pada habitat yang sesuai. Konsep tersebut dikenal sebagai –specific location-. Untuk itu program perwilayahan komoditas tanaman buah-buahan tropis, mulai dari Sabang hingga merauke akan menggugah potensi unggulan daerah yang bisa berkompetisi dengan buah-buahan impor.
Langganan:
Postingan (Atom)