your agriculture

Minggu, 12 Desember 2010

Biologi dan Siklus Hidup Jamur Kuping




Jamur kuping memiliki tubuh buah mirip daun telinga manusia. Sebutan jamur kuping melekat pada jenis jamur yang memiliki tubuh buah (basadio-carp) mirip kuping (daun telinga). Jamur merupakan jenis “tanaman” yang tidak memiliki khlorofil. Namun jamur memiliki inti, berspora, dan merupakan sel-sel lepas atau bersambungan membentuk benang yang bersekat atau tidak bersekat yang disebut hifa (sehelai benang) atau miselium (kumpulan hifa).
Miselium jamur bercabang-cabang dan pada titik-titik pertemuannya membentuk bintik kecil yang disebut sporangium yang akan tumbuh menjadi pin head (tunas atau calon tubuh buah jamur) dan akhirnya berkembang (tumbuh) menjadi jamur (tubuh buah).
Tubuh jamur kuping bertangkai pendek dan tumbuh menempel pada substrat dengan membuat lubang pada permukaannya. Bentuk tubuh buah berupa lembaran bergelombang tidak beraturan dan agak rumit, besar seperti mangkok (cawan), dan lunak seperti selai, atau kenyal mirip belulang. Permukaan atas seperti beludru dan bagian bawah licin mengkilat. Kulitnya berlendir selama musim hujan dan tampak mengkerut pada musim kemarau. Bentuk tubuh buah (basidiocarp).
Tubuh buah jamur kuping dalam keadaan basah bersifat gelatinous (kenyal), licin, lentur (elastis), berubah melengkung agak kaku dalam keadaan kering. Lebar tubuh buah jamur kuping sekitar 3 cm – 8 cm dan tebalnya sekitar 0,1 cm – 0,2 cm. Jamur kuping mencapai dewasa bila panjang (diameter) basidocarp mencapai 10 cm.
Karakteristik keluarga Aucularia adalah memiliki basidium berupa hypobasidium atau epibasidium yang masing-masing terdiri dari atas 4 sel. Semula inti diploid dari calon basidium membelah secara meiosis menjadi dua bagian. Setiap pembelahan inti selalu diikuti oleh penyekatan basidium menjadi dua sel. Selanjutnya, inti setiap sel membelah dan diikuti penyekatan sel yang bersangkutan sehingga terbentuk hypobasidium bersel 4 (empat).
Dari setiap sel hypobasidium, tumbuh epibasidium ynag panjang, searah dengan pertumbuhan hypobasidium, tumbuh sterigmata penghasih basidiospora. Selanjutnya, basidiospora tumbuh menjadi myselium yang akan berkembang menjadi dewasa yang dilengkapi basidiocarp. Pada awal degradasi miselium, jamur kuping melakukan penetrasi (pemboran) dengan melubangi dinding sel kayu secara langsung dan tegak lurus pada sumbu sel. Proses penetrasi dinding sel kayu dibantu oleh enzim-enzim pemecah sellulose, hemi sellulose, dan lignin yang disekresi oleh jamur melalui ujung lateral benang-benang miselium. Enzim mencerna senyawa kayu yang dilubangi sekaligus menjadi zat makanan bagi jamur (Djarijah dan Abbas,2001).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar