Akhlak yang tinggi, pondasi segala keutamaan, dengannyalah roda kehidupan akan lurus dan berjalan dengan lancer, sungguh kejujuran akan mengangkat derajat pelakunya disisi Allah SWT dan di tengah-tengah manusia, maka dengan itu Allah SWT memerintahkan untuk bersama orang-orang jujur. Allah SWT berfirman yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar” (QS. At-Taubah : 119). Nabi Saw bersabda, “Hendaklah kalian jujur, karena kejujuran akan menghantarkan kepada kebaikan dan kebaikan akan menghantarkan ke surga” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud r.a), hendaklah kita bersikap jujur dalam ucapan, keyakinan dan amalan.
Jika kejujuran sebagai pondasi segala keutamaan, maka kedustaan adalah pondasi segala kerusakan, bangunan kehidupan akan hancur dan berantakan karenanya, si pelakunya pun terhina di hadapan Allah SWT dan di mata manusia. Tidak sedikit di dalam Al-Qur’an ayat-ayat yang mengandung ancaman keras terhadap kedustaan, seperti Firman Allah SWT, “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta ‘ini halal dan ini haram’ untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung, (itu adalah)kesenangan yang sedikit dan bagi mereka azab yang pedih” (QS. An-Nahl : 116 - 117). Nabi Saw mengatakan bahwa kedustaan menghantarkan kepada kedurhakaan, sedangkan kedurhakaan tempatnya di neraka. Allah SWT berfirman “Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar dalam neraka, mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan” (QS. Al-Infithaar : 14 - 15)
Kedustaan juga merupakan landasan kemunafikan. Allah SWT berfirman “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata? Kami mengakui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah. Dan Allah SWT mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu pendusta, mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai lalu mereka menghalangi (manusia)dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka kerjakan” (QS. Al-Munafiquun : 1 - 2).
Sedangkan amanat adalah amalan yang Allah percakan seluruh hamba padanya, ruang lingkup amanat ini sangatlah luas mencakup atas amanat terhadap apa yang dipercayakan orang lain, amanat dalam hal ilmu dan amalan serta mencakup atas amanat terhadap seluruh urusan-urusan agama, adapun khianat adalah kebalikan daripada amanat, ia adalah sejelek-jelek akhlaq, salah satu dari sifat-sifat kemunafikan, oleh karena itu maka Allah melarangnya dalam Al-Qur’an. Allah berfirman “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam)dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfaal : 27).
Maka, semua apa yang telah disampaikan oleh para nabi dari perkara aqidah, syariat adalah amanat di pundaknya para ulama, jika mereka mengurangi dalam hal penyampaian dan penyebarannya, ini adalh berarti kedustaan dan pengkhianatan dari mereka. Allah SWT berfirman “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan yang jelas dan petunjuk, setelah kami menerangkan-nya kepad manusia dalam A-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua makhluk yang dapat melaknati” (QS. Al-Baqarah : 159). Sudah seyogyanya bagi para pembawa ilmu menyampaikan apa yang datang dari penutup para nabi- Rasulullah Saw dengan benar, karena hal ini adalah merupakan kejujuran yang paling besar, sedangkan menutup-nutupinya adalah kecurangan dan pengkhianatan yang besar, Nabi Saw bersabda, “Sesungguhnya khianatnya seseorang diantara kalian dalam hal ilmunya lebih besar daripada khianatnya dalam hartanya” (HR. Thabrany dari Ibnu Abbas r.a)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar